Berbicara memang adalah salah satu cara memberikan petanda
tentang apa yang terasa. Namun, terkadang ada satu topik pembicaraan yang sulit dimengerti oleh lain. Mungkin cara
berbicara kita yang terlalu cepat, ataukah mereka yang mungkin kurang bisa peka
dalam menangkap maksud dari pembicaraan kita.
Berbicara adalah salah satu cara untuk mempersatukan
perbedaan-perbedaan antara dua orang atau lebih. Namun, kadang-kadang (lagi),
berbicara menjadi sebuah awal dari sebuah konflik yang berkepanjangan. Jika ada pemaknaan yang salah dari sebuah
pembicaraan, maka tinggal menunggu waktu saja sebuah perseteruan akan
muncul.
Ada juga masa telinga sering mendengar pembicaraan orang
lain tanpa sengaja. Dan karena tak tahan menanggung beban rahasia dari
pembicaraan tersebut, maka mulutpun akan berbicara dari satu orang ke orang
lain. Bukan sebuah kejelasan yang didapatkan, melainkan arah bahkan isi dari
pembicaraan itu makin buram. Keburaman
ini muncul, karena mulut dan pikiran seseorang terkadang terlalu lincah
memberikan bumbu penyedap di setiap pembicaraannya. Maka jadilah pembicaraan
yang tingkat akurasi kebenarannya sulit lagi dipercaya.
Berbicara adalah sebuah keharusan. Entah berbicara dengan
tujuan untuk menyelesaikan masalah ataukah sekedar hanya untuk mengutarakan apa
yang terpikir dan apa yang dirasakan. Karena segelintir orang menganggap bahwa
berbicara adalah salah satu obat ampuh untuk menyembuhkan penyakit jiwa. Jangan
salah paham dulu tentang penyakit jiwa ini, supaya tidak salah paham mari kita
bicarakan baik-baik.
Penyakit jiwa yang saya maksud misalnya penyakit yang timbul
karena menahan kerinduan terlalu lama, atau misalnya lagi penyakit jiwa karena
menahan setumpuk ide dan rasa yang seharusnya disampaikan ke orang lain melalui
pembicaraan penting. Sekedar menyapa pun itu merupakan obat ampuh untuk memulai
pembicaraan yang awalnya dianggap tidak mungkin terjadi. Makanya mari berbicara
untuk menenangkan hati.
Kedekatan dengan seseorang pun ternyata membawa dampak
terhadap pemilihan topik pembicaraan. Untuk membahas keburukan kawan dalam
pembicaraan yang sifatnya personalpun terkadang sulit dilakukan, karena merasa
tak nyaman atau takut menyinggung perasaan kawan dekatnya. Terlalu sering
menumpuk kritik bagi temannya dengan menahan suara saat berbicara, membuat
kejengkelanpun meningkat. Dan akhirnya dapat ditebak ujungnya, kesalahpahaman
terjadi dan pembicaraan pun tak ada lagi.
Baru merasa kehilangan, ketika tak lagi saling bicara. Dan
untuk memulai sebuah fase pun begitu sulit. Ingin berbicara takut tak
dipedulikan, ingin bertegur sapa takut tak terbalaskan. Tak ada yang salah jika
kita semua duduk bersama untuk membicarakan semua hal. Yang salah jika ada
sebuah ketidaksepakatan yang hadir dalam sebuah pembicaraan, tapi tak diutarakan
dengan baik. Tak ada yang salah jika kita memulai dengan kata “hai”, yang salah
jika kita tak punya niat untuk kembali menyambung pembicaraan yang sempat
terputus. Mari bicara, mari mendengar. Mari membuka diri dengan setiap topik
pembicaraan. Mari menjadikan pembicaraan sebagai cara untuk menilai diri kita
dengan melihat arti kita di mata orang lain.